BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Amphibi merupakan hewan dengan
kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di
air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang
berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai
hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus
hidup kedua adalah di daratan. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada
fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini
amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan
peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan
rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher
sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan
cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik.
Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari
debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem
syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan
menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum
konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar
ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.Walaupun demikian, tidak
semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan.
Pada beberapa amphibi, misalnya
anggota Plethodontidae,tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa.
Selama hidup tetap dalam fase berudu,bernafas dengan insang dan berkembang biak
secara neotoni.Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di
daratan, tetapi padawaktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi
ada juga beberapa jenis yang hanyahidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok
ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian amfibi?
2. Bagaimana struktur dan fungsi tubuh amfibi?
3. Apa saja ciri-ciri umum amfibi?
4. Apa saja klasifikasi dari amfibi?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian amfibi.
2. Mengetahui
bagaimana struktur dan fungsi tubuh amfibi.
3. Mengetahui apa saja ciri-ciri umum dari amfibi.
4. Mengetahui apa saja klasifikasi dari amfibi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AMFIBI
Amfibi berasal dari bahasa yunani
yaitu Amphi yang berarti dua dan bios yang artinya hidup. Jadi,
amfibi merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) yang dapat hidup di dua
alam, yaitu di air dan di darat.
Menurut para ahli, amfibi
merupakan organism vertebrata pertama yang menempati daratan. Amfibi hidup di
tempat yang lembab, untuk mengantisipasi hilangnya air dari kulit karena belum
memiliki system pengaturan tubuh yang baik. Amfibi juga bersifat poikiloterm
yaitu hewan yang berdarah dingin.
B. STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH
AMFIBI
Struktur tubuh amfibi terdiri
atas kepala dan badan untuk katak. Sedangkan kepala, badan dan ekor untuk
salamander. Pada kepala katak terdiri atas kelopak mata dan membrane niktitan.
Membrana niktitan yaitu suatu selaput atau membran yang fungsinya melindungi
mata katak sewaktu berada di air.
Pada rongga mulut katak, terdapat
lidah yang panjang dan dapat dijulurkan keluar yang fungsinya untuk menangkap
mangsa. Di bagian samping kepala katak terdapat mebrana timpani berfungsi
sebagai penerima suara dan kemudian diteruska oleh saluran eustachii. Nah,
saluran eustachii ini terhubung dengan rongga mulut dan telinga pada katak.
Pada badan katak, terdapat kaki
depan yang terdiri atas lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jari yang
berjumlah 4 buah. Sedangkan pada kaki belakang, terdiri atas paha, betis,
telapak kaki, jari-jari kaki serta selaput renang yang berada di antara
jari-jari kaki. Fungsi dari selaput renang ini yaitu membantu kata berenang
sewaktu dalam air.
C. CIRI CIRI UMUM AMFIBI
Selain memiliki struktur dan
fungsi tubuh yang berbeda dengan kelas vertebrata yang lainnya. Amfibi juga
memiliki cirri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri dari amfibi yaitu:
- Tubuh terdiri atas kepala
dan badan pada katak dan kepala, badan dan ekor pada salamander.
- Tubuh amfibi dilapisi oleh
kulit yang basah dan berlendir.
- Amfibi merupakan hewan
berdarah dingin (poikiloterm)
- Jantung amfibi terdiri atas
3 ruangan yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel.
- System pernapasan pada
amfibi ketika masih tahap larva (kecebong) menggunakan insang, sedangkan
ketika dewasa menggunakan kulit.
- Mata amfibi memiliki selaput
yang disebut dengan membrane niktitan
- Amfibi berkembang biak
dengan bertelur dan fertilisasi secara eksternal.
- Pertumbuhan amfibi melalui
metamorphosis sempurna. Metamorfosis merupakan peristiwan perubahan bentuk
tubuh secara bertahap yang dimulai dari tahap larva hingga dewasa.
D. KLASIFIKASI AMFIBI
Umumnya kita mengenal amfibi
sebagai katak atau kodok. Sebenarnya, kelas amfibi tidak hanya katak atau kodok
saja. Tapi, ada beberapa spesies lain yang termasuk ke kelas amfibi.
Spesies-spesies tersebut digolongkan menjadi tiga ordo, yaitu Anura, Urodela
(Caudata) dan Apoda (Gymnophiona) yang akan dibahas berikut ini.
1. Ordo Anura
Istilah “Anura” mempunyai arti
tidak memiliki ekor yang artinya spesies dari ordo ini memiliki ciri umum tidak
memiliki ekor. Ciri lainnya yaitu kepala yang bersatu dengan badan sehingga
spesies dari ordo ini tidak memiliki leher. Spesies dari ordo ini, memiliki
kaki yang lebih besar dan panjang yang fungsinya untuk melompat dan memanjat.
Spesies dari ordo Anura umumnya
melakukan fertilisasi ekternal yaitu pembuahan yang dilakukan di luar tubuh
induk. Contoh spesies dari ordo ini yaitu Katak dan Kodok. Walaupun bentuk dari
katak dan kodok itu sama tapi kedua spesies ini memiliki perbedaan.
Katak memiliki kulit yang halus
dan lembab. Katak memiliki paru-paru untuk bernapas. Akan tetapi katak juga
dapat menggunakan kulitnya untuk bernapas. Perbedaan lainnya yaitu katak
memiliki mata yang menonjol dan dapat ditarik ke dalam. Katak juga lebih banyak
menghabiskan waktunya di Air, Contoh yaitu Rana esculenta.
Sedangkan saudaranya kodok
memiliki kulit yang kasar, berkutil serta kering sehingga mampu hidup di daerah
yang kering. Kaki belakang kodok juga lebih pendek dari katak sehingga kodok
lebih banyak menggunakan kakinya untuk berjalan.
Ciri Umum Ordo Anura
a.
tidak mempunyai ekor
b.
kepala bersatu dengan badan
c.
tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik
d.
tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan untuk mendukung
e.
terdapat selaput diantara jari-jarinya
f.
membrana tympanum terletak di permukaan kulit di belakang mata
g.
kelopak mata dapat digerakkan.
h.
mata berukuran besar dan berkembang dengan baik.
i.
fertilisasi secara eksternal
Ordo Anura dibagi
menjadi 27 famili. 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,
Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
1.
Family Bufonidae
Sering disebut kodok
sejati. umumnya berkulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di
belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Bufo mempunyai mulut yang
lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada
tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Beberapa contoh famili
Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo
melanosticus dan Leptophryne borbonica.
2. Family Megophyridae
Ciri khas yang paling
menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang
merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran
tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang
lincah. Contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium
hasselti
3. Family Ranidae
Disebut juga katak
sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara
jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin
dan ada beberapa yang berbintil. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada
Bufo. Contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea,
Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes
kuhli, Occidozyga sumatrana
4. Family Microhylidae
Famili ini anggotanya
berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan
tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus
tidak mempunyai gigi. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla
achatina.
5. Family Rachoporidae
Sering
ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi
kebanyakan halus juga berbintil. Pada maksila terdapat gigi seperti parut.
Terdapat pula gigi palatum. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi
secara eksternal.
Contoh-contoh spesies
pada kelas Anura.
a. Limnonectes kuhlii
a. Limnonectes kuhlii
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Species : Limnonectes kuhlii
Katak ini berukukuran
kecil, kepala runcing pendek, jari kaki sepasang bintil metatarsal, tekstur
kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis,
bintil-bintil ini biasanya memanjang parallel dengan sumbu tubuh.
b. Bufo asper
Klasifikasi:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Bufo
Species
: Bufo asper
Kodok
ini berwarna coklat tua kehitaman, keabu-abuan, atau kehitam-hitaman. Kelenjar
parotoid berbentuk lonjong. Tangan dan kaki dapat berputar. Jari kaki
berselaput renang sampai ke ujung.
c. Bufo melanostictus
Klasifikasi:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Anura
Famili :
Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo
melanostictus
Mempunyai
garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan supratimpanik
menyambung, tidak ada alur parietal. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung
dengan ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang
yang sangat pendek.
d. Fejervarya
limnocharis
Klasifikasi:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Species
: Fejervarya limnocharis
Hewan ini merupakan katak kecil, bertubuh
pendek dan berkepala meruncing. Panjang Fejervarya jantan sekitar 30-50
mm, yang betina sampai dengan 60 mm.
Berikut Sistem-sistem yang pada Katak antara lain :
1.
Sistem Peredaran Darah Katak
Sistem peredaran darah katak berupa system peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah ganda, darah melalui jantung
dua kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru
kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung
dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.
Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan
atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep
yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh
mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir
ke ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di
paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat. Dari paru-paru darah
mengalir ke vena pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang
terjadi ini merupakan peredaran darah kecil. selanjuntnya, dari atrium kiri
darah mengalir ke ventrikel. Di dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang
mengandung oksigen dengan darah yang mengandung karbon dioksida, meskipun dalam
jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus
(batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta
ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior (karotis)
mengalirkan darah ke kepala dank e otak, lengkung aorta mengalirkan darah ke
jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah
ke kulit dan paru-paru.
Darah katak terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
mengandung air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri
dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada
katakmemiliki inti dan mengandung hemoglobin untuk mengikat oksigen. Leukosit
pada katak juga memiliki inti. Selain memiliki sitem peredaran darah, katak
juga memilki sistem peredaran limfe. System peredaran limfe berperdan penting
dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam peredaran darah.
2.
Sistem Pencernaan Katak
Saluran pencernaan amphibia,
contohnya katak, terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.
Lidah pada katak digunakan untuk menangkap mangsa. Makanan dari mulut masuk ke
dalam lambung melalui kerongkongan. Di dalam lambung makanan di cerna, kemudian
masuk ke dalam usus. Di usus, zat makanan diserap. Sisa makanan dikeluarkan
melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran pencernaan,
saluran ekskresi, dan saluran alat kelamin.
3.
Sistem Pernapasan Katak
Alat pernapasan pada amphibia,
misalnya katak, berupa paru-paru, kulit, dan insang. Pada stadium larva
(berudu), hewan ini bernapas dengan insang luar. Insang luar berupa tiga pasang
lipatan kulit yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Oksigen yang larut
dalam air di sekeliling insang berdifusi ke dalam kapiler-kapiler darah dan
berdar ke seluruh jaringan tubuh. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke
alat pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Paru-paru katak berjumlah
sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis yang elastis,
dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang berguna
untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat
kapiler-kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paruke
jaringan-jaringan lain dan melepas karbon dioksida ke paru-paru.
Mekanisme pernapasan katak :
Pada saat katak berinspirasi atau
menghirup oksigen dan berekspirasi mengeluarkan karbom dioksida, mulut katak
selalu dalam keadaan tertutup. Pernapasan pada katak diatur oleh kontraksi dan
relaksasi otot perut dan otot rahang bawah.
a. Inspirasi
Mula-mula
tenggorokan bergerak ke bawah sehingga rongga mulut membesar. Hal ini
menyebabkan udara masuk melalui lubang hidung ke rongga mulut. Kemudian lubang
hidung tertutup oleh diikuti dengan berkontraksinya otot rahang bawah yang
menyebabkan rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut,
udara terdorong masuk ke paru-paru. Di paru-paru, oksigen diikat oleh kapiler
darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Ekspirasi
Fase ini
diawali dengan mengendurnya otot rahang bawah dan berkontraksinya otot perut,
sehingga paru-paru menegcil dan udara terdorong ke rongga mulut. Sementara itu,
celah tekak menutup sehingga terjadi kontraksi rahang bawah. Akibatnya, rongga
mulut mengecil sehingga mendorong udara kaya oksigen.
Pernapsan dengan kulit
berlangsung pada ampbibia sewaktu di darat dan di air. Kulit katak selalu basah
agar dapat berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit katak sangat tipis,
mengandung kapiler darah dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil
lendir di bagian dermis dan di bawah kulit.
4.
Sistem Ekskresi Katak
Alat ekskresi
utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan
dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecoklat-coklatan. Ginjal
sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral
dan cairan dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang
akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran
kelaminnnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
5.
Sistem Saraf Katak
Sistem saraf
amfibi terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan
berkembang lebih baik sehingga amphibian memiliki penglihatan yang baik.
6.
Sistem Indera Katak
Mata amphibia,
misalnya katak memiliki kelopak mata. Mata katak memiliki selaput tidur
(membran niktitans) yang berfungsi melindungi mata dari gesekan ketika berda di
air serta menjaga mata agar tetap lembap ketika berada di darat.
7.
Sistem Reproduksi Katak
Kelompok
amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak
jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar
tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus,
yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut
katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap
ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran
vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang
ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur
atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran
yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina
terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di
kloaka.
Segera setelah katak betina
mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma
yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam
saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter
(saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi
fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi
kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur
bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap.
Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor.
Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau
insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang
hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya,
celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi
fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi
sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu
insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan
ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak
selesai.
2. Ordo Caudata
Istilah caudate berasal dari
bahasa latin yang memiliki arti ekor. Spesies dari ordo ini hampir semuanya
memiliki ekor. Spesies dari ordo caudate memiliki ekor yang hampir sama panjang
dengan tubuhnya bahkan beberapa spesies memiliki ekor yang melebihi panjang
tubuhnya, contoh yaitu Oedipina.
Ekor yang berkembang dengan baik
memungkinkan bagi ordo ini untuk berenang dengan baik pula. Berbeda dengan
sepupunya anura, caudata memiliki empat buah kaki yang berfungsi untuk
berjalan.
Spesies dari ordo caudate memiliki ukuran
tubuh yang bervariasi. Bahkan salah satu spesies dari ordo ini memiliki ukuran
mencapai 1,8 meter dan merupakan amfibi terbesar.
1.
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus (salamander punggung
merah)
2.
Morfologi
Morfologi dari salamander terdiri
dari 4 bagian yaitu Caput (Kepala), Truncus (Badan), Cauda (Ekor) Ekstermitas (Alat
pergerakan). Dimana bagian ekstermitas dari salamander terbagi dua yaitu
ekstermitas anterior (alat pergerakan bagian depan) dan ekstermitas posterior
(alat pergerakan bagian belakang).
Jenis salamander dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a. Salamander Raksasa Cina (Andrias davidianus)
Salamander Raksasa Cina (Andrias
davidianus) adalah salamander terbesar di dunia yang panjangnya dapat
mencapai hingga 165 cm dan merupakan spesies asli dari Cina.
Salamander ini memiliki kepala
besar, mata kecil dan kulit yang gelap dan berkerut-kerut. Spesies ini hidup di
aliran air dingin di pegunungan dan suka hidup di gua. Ia menyangga hidupnya
dengan memakan serangga, kodok dan ikan. Fungsi mata pada salamander raksasa
ini tidak terlalu baik, sehingga ia bergantung pada nodus sensoris khusus yang
terletak pada dahinya untuk mendeteksi setiap pergerakan yang ada.
b. Salamander punggung merah (Plethodon cinereus)
Salamander punggung merah (Plethodon
cinereus) adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan
di Amerika Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga
Carolina Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di
Kanada hingga Minnesota.
Hewan ini juga dikenal sebagai
Salamander punggung merah utara untuk membedakannya dari Salamander punggung
merah selatan (P. serratus). Salamander punggung merah ditemukan banyak
ditemukan dalam dua variasi.
c. Southern Torrent Salamander (Rhyacotriton variegatus)
Torrent Selatan Salamander (Rhyacotriton
variegatus) adalah spesies salamander di keluarga Rhyacotritonidae. Ini
adalah endemik untuk Pacific Northwest Amerika Serikat. Yang Dewasa berukuran
1,5 - 2,4 inci (4,0-6,2 cm) dari moncong sampai ekor. Habitat alamnya adalah
hutan subtropis, sungai, dan sumber air tawar.
d. Mole Salamander (Genus
ambystoma)
Mole Salamander (Genus
ambystoma) adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya
dalam Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena
kehadiran Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam
penelitian, dan Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium)
yang merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan
peliharaan.
e. Asiatic Salamander
The Asia salamander (Keluarga
Hynobiidae) adalah salamander primitif ditemukan di seluruh Asia, dan di Rusia
Eropa. Mereka sangat erat terkait dengan salamander Giant (Keluarga
Cryptobranchidae), dengan mana mereka membentuk subordo Cryptobranchoidea.
3. Anatomi
A. Sistem Digestorium
Sistem
digestorium pada salamander meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Makanan salamander berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada salamander adalah sebagai berikut :
a. Rongga
mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
b. Esofagus
berupa saluran pendek,
c. Ventrikulus
(lambung) berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung
salamander dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang
keluar menuju usus,
d. Intestinum
(usus) dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
e. Usus tebal
berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
f. Kloaka
merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi dan urine.
B. Sistem Respiratorium
Pada
salamander, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan
banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan
rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga
udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut
yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, salamander bernapas
pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah
dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen
yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa
ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari
jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru
lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput
rongga mulut dan kulit, salamnder bernapas juga dengan paruparu walaupun
paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Salamander
mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya
kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk
seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan
rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi
mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup.
Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme
inspirasi adalah sebagai berikut: Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga
rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane
menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga
rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen
diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya,
karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai
berikut: Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam
paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup
dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah
berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga
rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya
karbon dioksida keluar.
C. Sistem Nervosum
Sistem syaraf
amphibia sama seperti pada ikan, pusat kegiatan otak berada ada pada bagian
dorsal otak tengah.
D. Sistem Reproduksi
Reproduksi
salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak
secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung
spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka.
Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan
(urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk
menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena
salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki
shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander
rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang
mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat
berkembang dengan baik, dan itu akan mati.
4.
Habitat
Seperti yang
telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam
(amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki
(Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a)
Air
Salamander air,
hidup di air sepanjang umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang
hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air
selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka
mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang
hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak
masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan
basah.
5.
Siklus Hidup
Paedomorphosis
adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait
dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam
masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang
paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva
seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi
dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander
aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae,
beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa
yang terrestrial.
6.
Manfaat
Salamander
mempunyai beberapa manfaat, diantaranya telur salamander dapat di gunakan
sebagai obat kanker. Salamander juga dapat di jadikan sebagai hewan peliharaan.
Selain itu, di bidang pertanian salamander bermanfaat bagi pembunuh serangga
kecil pada tanaman pertanian karena salamander merupakan hewan karnivor
yang mengkonsumsi serangga kecil.
Contoh spesies dari ordo ini
yaitu Salamander.
3. Ordo Gymnophiona
Menurut para ahli Ordo
Gymnophiona atau sesilia dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang mirip cacing
dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan Asia Selatan. Bentuk
tubuh dari ordo ini berbeda dengan jenis amfibi lainnya. Sesilia memiliki bentuk
tubuh mirip dengan belut atau cacing tanah.
Sesilia hidup di bawah tanah dan di air dan memiliki tengkorak yang kuat
sehingga memungkinkan ordo spesies ini untuk menggali hingga jauh ke dalam
tanah.
Fase hidup yang bersifat aquatik
adalah saat larva. Setelah dewasa hidup di tanah dengan menggali lubang. Namun
beberapa spesies ada pula yang hidup di air (Genus Typhlonectes, Atretochoana,
dan Potomotyphlus) sehingga tubuhnya dilengkapi sirip kecil untuk membantu
berenang. Penampakan seperti ini sangat mirip dengan belut. Selain itu apoda
tidak memiliki membran tympanum untuk alat bantu pendengaran, tidak seperti
kebanyakan amfibi.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen,
setiap segmen yang berbentuk seperti cincin disebut annuli. Penampakan seperti
ini menjadikan apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan
menjadi annuli sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk
bagian tubuh yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada beberapa spesies tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal
tumpul. Famili dari apoda yang masih memiliki ekor dianggap lebih primitif dari
pada yang ekornya telah tereduksi.
Ukuran tubuh Apoda bervariasi,
apoda terkecil yang pernah dikenal adalah Idiocranium russeli dari Kamerun.
Ukuran spesies ini yang paling besar yang pernah ditemukan adalah 14,4 cm.
Namun seekor Idiocranium russeli betina pun telah bertelur saat panjang
tubuhnya hanya 9 cm. Apoda terpanjang yang pernah ditemukan berukuran 151,5 cm
yaitu Caecilia thompsoni.
Sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal.
Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang
dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia
ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies,
sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva.
Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah
dekat air.
75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah
berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang
mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya
dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang
dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh
sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari,
waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya
makan pada malam hari. Dulu anak muda itu dianggap hidup dari cairan sekresi
dari ibunya.
Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar
yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan
diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya
hingga menetas.
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi sungai
atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di
dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun
nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat
masing-masing spesies. Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana
terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan. Dimana
sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah kepala rayap.
Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia
makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di
dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan
dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
A. Struktur spesifik tubuh Apoda.
a. Tengkorak Apoda
Tengkorak Apoda memiliki
susunan dan bangunan yang kuat dan berat. Hal ini disesuaikan dengan fungsi
kepalanya untuk menggali dan mendorong tanah. Oleh karena itu struktur tulang
pada tengkoraknya saling menyatu. Di samping sensorinya yang membuka, tengkorak
kebanyakan spesies apoda beratapkan tulang-tulang yang tebal. Kondisi ini
disebut stegokrotaphy. Tetapi beberapa spesies apoda masih mempertahankan
tengkorak yang bagian temporalnya membuka, kondisi ini disebut zygokrotaphy.
Apoda yang tengkoraknya bersifat demikian dianggap lebih primitif. Semakin
berkurang jumlah tulang pada tengkorak pada ordo ini, maka dianggap merupakan
famili yang lebih maju.
b. Mata
Semua apoda mempunyai organ
mata, tetapi sangat tereduksi dan tertutup oleh kulit atau tulang. Mungkin
karena hidupnya pada liang-liang tanah, matanya telah merosot ke berbagai
bagian kepala, setiap spesies berbeda. Beberapa spesies, seperti Ichthyophis
sp., memiliki mata di permukaan agak dangkal sementara spesies lain seperti
Herpele dan Gegeneophis punya mata di bawah tulang tengkorak dan bahkan
memiliki soket mata yang digantikan oleh tulang. Studi perbandingan morfologi
menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan mata tertutup dengan kulit atau
tulang bersamaan dengan hilangnya modifikasi lensa dan retina. Namun, retina
dan saraf optik tetap utuh sehingga kemungkinan bahwa sebagian besar mata Apoda
masih mampu melakukan photoreception. Apabila cahaya terang mereka akan
bersembunyi begitu sebaliknya. Namun Apoda tidak mampu mendeteksi gerakan visual.
c. Tentakel
Tentakel sensori kecil
terdapat di kedua sisi kepala antara mata dan lubang hidung. Pada kebanyakan
spesies, tentakel menonjol melalui lobang di tengkorak sementara pada spesies
lain tidak demikian. Famili Scolecomorphidae terkenal karena memiliki tentakel
dekat dengan mata. Tentakel adalah struktur yang kompleks dari berbagai bentuk,
termasuk jaringan saraf, otot, saluran, dan kelenjar dan diperkirakan berfungsi
dalam chemoreception.
d. Mulut, Gigi dan Otot Rahang
Mulut apoda terletak di bagian
agak bawah dari kepala (subterminal). Morfologi
mulut ini disebut countersunk dan dianggap sebuah adaptasi untuk menggali.
Apoda yang paling primitif masih memiliki mulut terminal. Pada masing-masing
rahang terdapat dua baris gigi, baris sebelah dalam dan luar. Ukuran
giginya bervariasi dan bentuknya tergantung pada spesies. Semua vertebrata
darat, kecuali Apoda, memiliki satu set otot penutup rahang. Apoda memiliki dua
set otot (adductors jaws dan otot-otot interhyoideus) dan ini dianggap sebagai
adaptasi untuk mempertahankan posisi rahang agar tetap tertutup rapat saat
menggali.
e. Nuchal Collars
Di belakang kepala terdapat
dua struktur anatomis yang saling berhubungan yaitu nuchal collars, yang
berbeda tiap spesiesnya. Bentuknya agak mirip dengan clitellum cacing tanah. Alur yg
berhubung dengan nuchal pertama menandai perbatasan posterior tengkorak dan
menandai kedua pembagian antara dua nuchal. Alur yang berhubung dengan kuduk
ketiga menandai batas antara kedua nuchal yang berhubung dengan seluruh tubuh.
Pada beberapa spesies terkadang sulit untuk membedakannya karena adanya lipatan
dermal tambahan sepanjang permukaan dorsal.
f. Kulit Apoda
Seperti amfibi lainnya, Apoda memiliki kelenjar racun di kulit meskipun
potensi racun tersebut belum banyak dikenal. Akan tetapi yang berbeda dari Apoda
dibanding amphibi lainnya adalah sisiknya yang berada di bawah permukaan kulit.
Sisik terdiri dari serabut kolagen yang tertutup oleh mineralized nodul. Ini dapat ditemukan dalam lipatan dan alur-alur kulit dan biasanya semakin
ke arah posterior jumlahnya semakin meningkat. Selain itu, Caecilia sp. punya
tipe sisik sekunder yang tertanam ke dalam jaringan ikat subdermal.
B. Taksonomi
Ordo Apoda
Secara taksonomis sesilia dibagi menjadi 6 familia. Jumlah spesies adalah
rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi hanya berdasarkan satu
spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah dideskripsikan, dan
bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di bawah sebagai spesies berbeda
mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian ulang nanti.
1. Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae) - 2 genus, 9
spesies
2. Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2 genus, 39 spesies
3. Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1 genus, 5 spesies
4. Sesilia Tropis (Scolecomorphidae) - 2 genus, 6 spesies
5. Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) - 5 genus, 13 spesies
6. Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26 genus, 99 spesies
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai
3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. Famili yang ada
di indonesia adalah Ichtyopiidae.
a. Famili Ichtyopiidae
Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek,
mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di
air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun
membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini
yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di provinsi DIY.
Memiliki ciri-ciri :
1. Bentuk tubuh panjang dan bersegmen
2. Mata kecil dan ditutupi dengan kulit
3. Mampu mengambil O2 dari kulit dan paru-paru
4. Memiliki
ekor yang pendek dan kloaka di ujung tubuh
5. 2 tentakel
sensori kecil yang berada di kepala yang dapat membantu dalam menemukan sumber
makanan
Habitat : di
tanah yang lembab dan sampah daun
Penyebaran : di Florida, Mexico Utara, Mexico Selatan, Indonesia
Keunikan : di dalam tanah dan air hewan ini mirip belut.
b. Famili Rhinatrematidae
Keluarga
Rhinatrematidae memiliki ekor yang berbeda, yang merupakan fitur yang tidak
terlihat di sebagian besar spesies dari Sesilia tetapi hadir dalam keluarga
leluhur lain, Ichthyophiidae. Kehadiran ekor normal pada vertebrata,
menunjukkan bahwa ekor di Rhinatrematidae dan Ichthyophiidae adalah leluhur
hilangnya ekor di caecilians lainnya. Fitur leluhur lainnya dari dua berlapis.
Memiliki ciri-ciri :
1. Memiliki ekor, dan mulut terletak di bawah kepala
2. Bertelur di dalam tanah
3. Pada fase larva memiliki insang
Habitat : di
tanah yang lembab dan sampah daun
Penyebaran : di Asia Tenggara, tidak menyebrangi
garis Wallace
Keunikan : pada fase larva
memiliki insang
c. Famili Uraeotyphilidae
Memiliki
ciri-ciri :
1. Berukuran relative kecil (23-30 cm)
2. Memiliki ekor
3. Memiliki struktur tengkorak yang kompleks
4. Mulut tersembunyi di bawah moncong
Habitat
: di tanah hutan hujan tropis
Penyebaran
: di pegunungan Jawa
d. Famili Scolecomorphiidae
Memiliki ciri-ciri :
1. Mata melekat pada dasar tentakel di bawah moncong
2. Hanya memiliki annuli primer
3. Tubuhnya panjang dan bersegmen
Habitat : di
bawah tanah
Penyebaran : di Florida dan Mexico Utara
Keunikan : tidak memiliki
stapes tulang telinga bagian tengah
e. Famili Caecilidae
Memiliki ciri-ciri :
1. Tubuh menyerupai
cacing dan ada pula yang menyerupai ular
2. Ekornya pendek dan kloaka dekat akhir tubuh
3. Kulit halus dan berwarna gelap
Habitat :
kebanyakan tinggal dan bersembunyi di dalam tanah
Penyebaran : di Asia Tenggara
Keunikan
: satu-satunya amphibi yang melakukan fertilisasi secara internal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian
Amfibi
Amfibi berasal dari bahasa yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan bios
yang artinya hidup. Jadi, amfibi merupakan hewan vertebrata (bertulang
belakang) yang dapat hidup di dua alam, yaitu di air dan di darat.
2.
Struktur tubuh
amfibi
Struktur tubuh amfibi terdiri
atas kepala dan badan untuk katak. Sedangkan kepala, badan dan ekor untuk
salamander. Pada kepala katak terdiri atas kelopak mata dan membrane niktitan.
Membrana niktitan yaitu suatu selaput atau membran yang fungsinya melindungi
mata katak sewaktu berada di air.
3.
Ciri-ciri umum
amfibi
4.
Klasifikasi
amfibi
1. Ordo Anura
1. Katak termasuk
dalam kelas amphibia
2. Sistem
peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran
darah ganda.
3. Saluran
pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.
4. Alat pernapasan
pada katak berupa paru-paru, kulit, dan insang.
5. Alat ekskresi
utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan
dan kiri tulang belakang.
6. Sistem saraf
pada katak terdiri dari otak. Otak tengah lebih berkembang sehingga memiliki
penglihatan yang baik.
7. Reptil memiliki
indera pembau yang tajam.
8. Reproduksi pada
katak terjadi secara eksternal dan cara ovipar dengan perilaku ampleksus. Ovum
yang telah dibuahi oleh sperma akan berkembang menjadi berudu dan mengalami
metamorfosis sehingga menjadi katak dewasa.
2. Ordo Caudata/Urodela
Istilah caudate berasal dari
bahasa latin yang memiliki arti ekor. Spesies dari ordo ini hampir semuanya
memiliki ekor. Spesies dari ordo caudate memiliki ekor yang hampir sama panjang
dengan tubuhnya bahkan beberapa spesies memiliki ekor yang melebihi panjang
tubuhnya, contoh yaitu Oedipina.
3.
Ordo Gymnophiona/Apoda
Menurut para ahli Ordo
Gymnophiona atau sesilia dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang mirip cacing
dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan Asia Selatan. Bentuk
tubuh dari ordo ini berbeda dengan jenis amfibi lainnya. Sesilia memiliki bentuk
tubuh mirip dengan belut atau cacing tanah.
Sesilia hidup di bawah tanah dan
di air dan memiliki tengkorak yang kuat sehingga memungkinkan ordo spesies ini
untuk menggali hingga jauh ke dalam tanah.
B.
Saran
Penulis sangat
menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Karena itu,
penulis membuka diri untuk menerima kritik yang membangun guna tersempurnanya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2013. Sistem Reproduksi Katak.
(online), (www.google.com, Diakses pada tanggal 28 Juli 2013).
Anonim 1, 2013. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (Online),
(Http://Amfibi
Dunia.wordpres.com, Diakses pada tanggal 31 Juli 2013).
Anonim 2, 2013. Amfibi. (Online), (Http://Id.wikipedia.org/wiki/kodok
dan katak.com, Diakses pada tanggal 31 Juli 2013).
Arie, Usri. 1999. Pembibitan dan Perbesaran Bullfrog.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Djuanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I.
Amico,Bandung.
D.A
Pratiwi, dkk. 2006. Biologi SMA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Holmes,
S.J. 1928. The Biology of The Frog.
The Mac Millan, New York.
Jasin, Maskoeri,
1994. Zoology Vertebrata. Surabaya.
Sinar Wijaya.
Radiopoetro, 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sainab, 2011. Penuntun Praktikkum Biologi Umum. Majene: Jurusan Biologi
FKIP Unsulbar. Saktiono, 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tim Pengajar.
2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.