Wednesday, May 2, 2018

MAKALAH VERTEBRATA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan.
 Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu,bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni.Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi padawaktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanyahidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian amfibi?
2. Bagaimana struktur dan fungsi tubuh amfibi?
3. Apa saja ciri-ciri umum amfibi?
4. Apa saja klasifikasi dari amfibi?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian amfibi.
2. Mengetahui bagaimana struktur dan fungsi tubuh amfibi.
3. Mengetahui apa saja ciri-ciri umum dari amfibi.
4. Mengetahui apa saja klasifikasi dari amfibi.




BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AMFIBI
Amfibi berasal dari bahasa yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan bios yang artinya hidup. Jadi, amfibi merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) yang dapat hidup di dua alam, yaitu di air dan di darat.
Menurut para ahli, amfibi merupakan organism vertebrata pertama yang menempati daratan. Amfibi hidup di tempat yang lembab, untuk mengantisipasi hilangnya air dari kulit karena belum memiliki system pengaturan tubuh yang baik. Amfibi juga bersifat poikiloterm yaitu hewan yang berdarah dingin.

B. STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH AMFIBI
Struktur tubuh amfibi terdiri atas kepala dan badan untuk katak. Sedangkan kepala, badan dan ekor untuk salamander. Pada kepala katak terdiri atas kelopak mata dan membrane niktitan. Membrana niktitan yaitu suatu selaput atau membran yang fungsinya melindungi mata katak sewaktu berada di air.
Pada rongga mulut katak, terdapat lidah yang panjang dan dapat dijulurkan keluar yang fungsinya untuk menangkap mangsa. Di bagian samping kepala katak terdapat mebrana timpani berfungsi sebagai penerima suara dan kemudian diteruska oleh saluran eustachii. Nah, saluran eustachii ini terhubung dengan rongga mulut dan telinga pada katak.
Pada badan katak, terdapat kaki depan yang terdiri atas lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jari yang berjumlah 4 buah. Sedangkan pada kaki belakang, terdiri atas paha, betis, telapak kaki, jari-jari kaki serta selaput renang yang berada di antara jari-jari kaki. Fungsi dari selaput renang ini yaitu membantu kata berenang sewaktu dalam air.

C. CIRI CIRI UMUM AMFIBI
Selain memiliki struktur dan fungsi tubuh yang berbeda dengan kelas vertebrata yang lainnya. Amfibi juga memiliki cirri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri dari amfibi yaitu:
  • Tubuh terdiri atas kepala dan badan pada katak dan kepala, badan dan ekor pada salamander.
  • Tubuh amfibi dilapisi oleh kulit yang basah dan berlendir.
  • Amfibi merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
  • Jantung amfibi terdiri atas 3 ruangan yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel.
  • System pernapasan pada amfibi ketika masih tahap larva (kecebong) menggunakan insang, sedangkan ketika dewasa menggunakan kulit.
  • Mata amfibi memiliki selaput yang disebut dengan membrane niktitan
  • Amfibi berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasi secara eksternal.
  • Pertumbuhan amfibi melalui metamorphosis sempurna. Metamorfosis merupakan peristiwan perubahan bentuk tubuh secara bertahap yang dimulai dari tahap larva hingga dewasa.
 
D. KLASIFIKASI AMFIBI
Umumnya kita mengenal amfibi sebagai katak atau kodok. Sebenarnya, kelas amfibi tidak hanya katak atau kodok saja. Tapi, ada beberapa spesies lain yang termasuk ke kelas amfibi. Spesies-spesies tersebut digolongkan menjadi tiga ordo, yaitu Anura, Urodela (Caudata) dan Apoda (Gymnophiona) yang akan dibahas berikut ini.
1. Ordo Anura
Istilah “Anura” mempunyai arti tidak memiliki ekor yang artinya spesies dari ordo ini memiliki ciri umum tidak memiliki ekor. Ciri lainnya yaitu kepala yang bersatu dengan badan sehingga spesies dari ordo ini tidak memiliki leher. Spesies dari ordo ini, memiliki kaki yang lebih besar dan panjang yang fungsinya untuk melompat dan memanjat.
Spesies dari ordo Anura umumnya melakukan fertilisasi ekternal yaitu pembuahan yang dilakukan di luar tubuh induk. Contoh spesies dari ordo ini yaitu Katak dan Kodok. Walaupun bentuk dari katak dan kodok itu sama tapi kedua spesies ini memiliki perbedaan.
Katak memiliki kulit yang halus dan lembab. Katak memiliki paru-paru untuk bernapas. Akan tetapi katak juga dapat menggunakan kulitnya untuk bernapas. Perbedaan lainnya yaitu katak memiliki mata yang menonjol dan dapat ditarik ke dalam. Katak juga lebih banyak menghabiskan waktunya di Air, Contoh yaitu Rana esculenta.
Sedangkan saudaranya kodok memiliki kulit yang kasar, berkutil serta kering sehingga mampu hidup di daerah yang kering. Kaki belakang kodok juga lebih pendek dari katak sehingga kodok lebih banyak menggunakan kakinya untuk berjalan.
Ciri Umum Ordo Anura
a. tidak mempunyai ekor
b. kepala bersatu dengan badan
c. tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik
d. tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan untuk mendukung
e. terdapat selaput diantara jari-jarinya
f. membrana tympanum terletak di permukaan kulit di belakang mata
g. kelopak mata dapat digerakkan.
h. mata berukuran besar dan berkembang dengan baik.
i. fertilisasi secara eksternal
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili. 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
1. Family Bufonidae
Sering disebut kodok sejati. umumnya berkulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
 2. Family Megophyridae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti
3. Family Ranidae                                                                                           
Disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana 
4. Family Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi.  Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
5. Family Rachoporidae 
Sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.
Contoh-contoh spesies pada kelas Anura.
a. Limnonectes kuhlii
Kingdom  : Animalia
Filum        : Chordata 
Kelas       : Amphibia 
Ordo       : Anura 
Famili      : Ranidae
Genus      : Limnonectes
Species    : Limnonectes kuhlii
Katak ini berukukuran kecil, kepala runcing pendek, jari kaki sepasang bintil metatarsal, tekstur kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis, bintil-bintil ini biasanya memanjang parallel dengan sumbu tubuh. 
 b. Bufo asper
Klasifikasi:
Kingdom  : Animalia
Filum  : Chordata
Kelas  : Amphibia
Ordo  : Anura
Famili  : Bufonidae
Genus  : Bufo
Species  : Bufo asper
Kodok ini berwarna coklat tua kehitaman, keabu-abuan, atau kehitam-hitaman. Kelenjar parotoid berbentuk lonjong. Tangan dan kaki dapat berputar. Jari kaki berselaput renang sampai ke ujung
 c. Bufo melanostictus
Klasifikasi:
Kingdom  : Animalia
Filum  : Chordata
Kelas  : Amphibia
Ordo  : Anura
Famili  : Bufonidae
Genus  : Bufo
Species  : Bufo melanostictus
Mempunyai garis supra orbital berwarna hitam, alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.                                              
d. Fejervarya limnocharis  
Klasifikasi:
Kingdom  : Animalia
Filum  : Chordata
Kelas  : Amphibia
Ordo  : Anura
Famili  : Ranidae
Genus  : Fejervarya
Species  : Fejervarya limnocharis
   Hewan ini merupakan katak kecil, bertubuh pendek dan berkepala meruncing. Panjang Fejervarya jantan sekitar 30-50 mm, yang betina sampai dengan 60 mm.

Berikut Sistem-sistem yang pada Katak antara lain :
1.      Sistem Peredaran Darah Katak
Sistem peredaran darah katak berupa system peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.
Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan peredaran darah kecil. selanjuntnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang mengandung karbon dioksida, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior (karotis) mengalirkan darah ke kepala dank e otak, lengkung aorta mengalirkan darah ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru.
Darah katak terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada katakmemiliki inti dan mengandung hemoglobin untuk mengikat oksigen. Leukosit pada katak juga memiliki inti. Selain memiliki sitem peredaran darah, katak juga memilki sistem peredaran limfe. System peredaran limfe berperdan penting dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam peredaran darah.
2.      Sistem Pencernaan Katak
Saluran pencernaan amphibia, contohnya katak, terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka. Lidah pada katak digunakan untuk menangkap mangsa. Makanan dari mulut masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan. Di dalam lambung makanan di cerna, kemudian masuk ke dalam usus. Di usus, zat makanan diserap. Sisa makanan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran ekskresi, dan saluran alat kelamin.
3.      Sistem Pernapasan Katak
Alat pernapasan pada amphibia, misalnya katak, berupa paru-paru, kulit, dan insang. Pada stadium larva (berudu), hewan ini bernapas dengan insang luar. Insang luar berupa tiga pasang lipatan kulit yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Oksigen yang larut dalam air di sekeliling insang berdifusi ke dalam kapiler-kapiler darah dan berdar ke seluruh jaringan tubuh. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke alat pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paruke jaringan-jaringan lain dan melepas karbon dioksida ke paru-paru.
Mekanisme pernapasan katak :
Pada saat katak berinspirasi atau menghirup oksigen dan berekspirasi mengeluarkan karbom dioksida, mulut katak selalu dalam keadaan tertutup. Pernapasan pada katak diatur oleh kontraksi dan relaksasi otot perut dan otot rahang bawah.
a. Inspirasi
Mula-mula tenggorokan bergerak ke bawah sehingga rongga mulut membesar. Hal ini menyebabkan udara masuk melalui lubang hidung ke rongga mulut. Kemudian lubang hidung tertutup oleh diikuti dengan berkontraksinya otot rahang bawah yang menyebabkan rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut, udara terdorong masuk ke paru-paru. Di paru-paru, oksigen diikat oleh kapiler darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Ekspirasi
Fase ini diawali dengan mengendurnya otot rahang bawah dan berkontraksinya otot perut, sehingga paru-paru menegcil dan udara terdorong ke rongga mulut. Sementara itu, celah tekak menutup sehingga terjadi kontraksi rahang bawah. Akibatnya, rongga mulut mengecil sehingga mendorong udara kaya oksigen.
                        Pernapsan dengan kulit berlangsung pada ampbibia sewaktu di darat dan di air. Kulit katak selalu basah agar dapat berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit katak sangat tipis, mengandung kapiler darah dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil lendir di bagian dermis dan di bawah kulit.
4.       Sistem Ekskresi Katak
Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecoklat-coklatan. Ginjal sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral dan cairan dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
5.      Sistem Saraf Katak
Sistem saraf amfibi terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga amphibian memiliki penglihatan yang baik.
6.      Sistem Indera Katak
Mata amphibia, misalnya katak memiliki kelopak mata. Mata katak memiliki selaput tidur (membran niktitans) yang berfungsi melindungi mata dari gesekan ketika berda di air serta menjaga mata agar tetap lembap ketika berada di darat.
7.      Sistem Reproduksi Katak
Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
2. Ordo Caudata
Istilah caudate berasal dari bahasa latin yang memiliki arti ekor. Spesies dari ordo ini hampir semuanya memiliki ekor. Spesies dari ordo caudate memiliki ekor yang hampir sama panjang dengan tubuhnya bahkan beberapa spesies memiliki ekor yang melebihi panjang tubuhnya, contoh yaitu Oedipina.
Ekor yang berkembang dengan baik memungkinkan bagi ordo ini untuk berenang dengan baik pula. Berbeda dengan sepupunya anura, caudata memiliki empat buah kaki yang berfungsi untuk berjalan.
Spesies dari ordo caudate memiliki ukuran tubuh yang bervariasi. Bahkan salah satu spesies dari ordo ini memiliki ukuran mencapai 1,8 meter dan merupakan amfibi terbesar.
1.      Klasifikasi
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Plethodontidae
Genus       : Plethodon
Spesies     : Plethodon cinereus (salamander punggung merah)
2.      Morfologi
Morfologi dari salamander terdiri dari 4 bagian yaitu Caput (Kepala), Truncus (Badan), Cauda (Ekor) Ekstermitas (Alat pergerakan). Dimana bagian ekstermitas dari salamander terbagi dua yaitu ekstermitas anterior (alat pergerakan bagian depan) dan ekstermitas posterior (alat pergerakan bagian belakang).
Jenis salamander dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a. Salamander Raksasa Cina (Andrias davidianus)
Salamander Raksasa Cina (Andrias davidianus) adalah salamander terbesar di dunia yang panjangnya dapat mencapai hingga 165 cm dan merupakan spesies asli dari Cina.
Salamander ini memiliki kepala besar, mata kecil dan kulit yang gelap dan berkerut-kerut. Spesies ini hidup di aliran air dingin di pegunungan dan suka hidup di gua. Ia menyangga hidupnya dengan memakan serangga, kodok dan ikan. Fungsi mata pada salamander raksasa ini tidak terlalu baik, sehingga ia bergantung pada nodus sensoris khusus yang terletak pada dahinya untuk mendeteksi setiap pergerakan yang ada.
b. Salamander punggung merah (Plethodon cinereus)
Salamander punggung merah (Plethodon cinereus) adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada hingga Minnesota.
Hewan ini juga dikenal sebagai Salamander punggung merah utara untuk membedakannya dari Salamander punggung merah selatan (P. serratus). Salamander punggung merah ditemukan banyak ditemukan dalam dua variasi.
c. Southern Torrent Salamander (Rhyacotriton variegatus)
Torrent Selatan Salamander (Rhyacotriton variegatus) adalah spesies salamander di keluarga Rhyacotritonidae. Ini adalah endemik untuk Pacific Northwest Amerika Serikat. Yang Dewasa berukuran 1,5 - 2,4 inci (4,0-6,2 cm) dari moncong sampai ekor. Habitat alamnya adalah hutan subtropis, sungai, dan sumber air tawar.
d. Mole Salamander (Genus ambystoma)
Mole Salamander (Genus ambystoma) adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya dalam Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena kehadiran Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam penelitian, dan Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium) yang merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan peliharaan.
e. Asiatic Salamander
The Asia salamander (Keluarga Hynobiidae) adalah salamander primitif ditemukan di seluruh Asia, dan di Rusia Eropa. Mereka sangat erat terkait dengan salamander Giant (Keluarga Cryptobranchidae), dengan mana mereka membentuk subordo Cryptobranchoidea.
3. Anatomi
A. Sistem Digestorium
Sistem digestorium pada salamander meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan salamander berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada salamander adalah sebagai berikut :
a. Rongga mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang     mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
b. Esofagus berupa saluran pendek,
c. Ventrikulus (lambung) berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung salamander dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
d. Intestinum (usus) dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
e. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
f. Kloaka merupakan muara bersama antara saluran pencernaan  makanan, saluran reproduksi dan urine.

B. Sistem Respiratorium    
Pada salamander, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, salamander bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, salamnder bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Salamander mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut: Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut: Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
C. Sistem Nervosum
Sistem syaraf amphibia sama seperti pada ikan, pusat kegiatan otak berada ada pada bagian dorsal otak tengah.
D. Sistem Reproduksi
Reproduksi salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka. Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan (urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat berkembang dengan baik, dan itu akan mati.

4.      Habitat
Seperti yang telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :

a)      Air
Salamander air, hidup di air sepanjang umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah.
5.      Siklus Hidup       
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial.                
6.      Manfaat                                                                                       
Salamander mempunyai beberapa manfaat, diantaranya telur salamander dapat di gunakan sebagai obat kanker. Salamander juga dapat di jadikan sebagai hewan peliharaan. Selain itu, di bidang pertanian salamander bermanfaat bagi pembunuh serangga kecil pada tanaman pertanian karena salamander  merupakan hewan karnivor yang mengkonsumsi serangga kecil.

Contoh spesies dari ordo ini yaitu Salamander.
3. Ordo Gymnophiona
Menurut para ahli  Ordo Gymnophiona atau sesilia dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang mirip cacing dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan Asia Selatan. Bentuk tubuh dari ordo ini berbeda dengan jenis amfibi lainnya. Sesilia memiliki bentuk tubuh mirip dengan belut atau cacing tanah.
Sesilia hidup di bawah tanah dan di air dan memiliki tengkorak yang kuat sehingga memungkinkan ordo spesies ini untuk menggali hingga jauh ke dalam tanah.
Fase hidup yang bersifat aquatik adalah saat larva. Setelah dewasa hidup di tanah dengan menggali lubang. Namun beberapa spesies ada pula yang hidup di air (Genus Typhlonectes, Atretochoana, dan Potomotyphlus) sehingga tubuhnya dilengkapi sirip kecil untuk membantu berenang. Penampakan seperti ini sangat mirip dengan belut. Selain itu apoda tidak memiliki membran tympanum untuk alat bantu pendengaran, tidak seperti kebanyakan amfibi.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen, setiap segmen yang berbentuk seperti cincin disebut annuli. Penampakan seperti ini menjadikan apoda mirip dengan cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan menjadi annuli sekunder dan tersier. Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk bagian tubuh yang sangat kecil dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada beberapa spesies tubuhnya tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari apoda yang masih memiliki ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya telah tereduksi. 
Ukuran tubuh Apoda bervariasi, apoda terkecil yang pernah dikenal adalah Idiocranium russeli dari Kamerun. Ukuran spesies ini yang paling besar yang pernah ditemukan adalah 14,4 cm. Namun seekor Idiocranium russeli betina pun telah bertelur saat panjang tubuhnya hanya 9 cm. Apoda terpanjang yang pernah ditemukan berukuran 151,5 cm yaitu Caecilia thompsoni.
Sesilia merupakan satu-satunya ordo amfibi yang pembuahannya internal. Sesilia jantan memiliki organ mirip penis, disebut phallodeum, yang dimasukkan ke kloaka betina selama 2 sampai 3 jam. Sekitar 25% spesies sesilia ovipar (bertelur); telurnya itu dijaga oleh betina. Pada beberapa spesies, sesilia sudah bermetamorfosis saat menetas; yang lain menetas menjadi larva. Larvanya tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktunya di tanah dekat air.
75% spesies vivipar, yang artinya mereka melahirkan anak yang sudah berkembang. Janinnya diberi makan dalam tubuh betina dari sel-sel oviduk, yang mereka makan dengan gigi pemegang khusus.
Spesies Boulengerula taitanus yang bertelur memberi makan anaknya dengan mengembangkan lapisan luar kulit yang kaya akan lemak dan nutrisi yang dikuliti anaknya dengan gigi yang serupa. hal ini memungkinkan mereka tumbuh sepuluh kali lipat beratnya dalam seminggu. Kulit itu dimakan tiap tiga hari, waktu yang diperlukan lapisan baru untuk tumbuh, dan anak itu diamati hanya makan pada malam hari. Dulu anak muda itu dianggap hidup dari cairan sekresi dari ibunya.
Beberapa larva seperti larva Typhlonectes, lahir dengan insang luar yang besar yang hampir segera tanggal. Ichthyophis bertelur dan diketahui menunjukkan sifat merawat anak dengan ibu menjaga telur-telurnya hingga menetas.
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia tidak begitu diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan. Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah kepala rayap. Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
A. Struktur spesifik tubuh Apoda.
a. Tengkorak Apoda
Tengkorak Apoda memiliki susunan dan bangunan yang kuat dan berat. Hal ini disesuaikan dengan fungsi kepalanya untuk menggali dan mendorong tanah. Oleh karena itu struktur tulang pada tengkoraknya saling menyatu. Di samping sensorinya yang membuka, tengkorak kebanyakan spesies apoda beratapkan tulang-tulang yang tebal. Kondisi ini disebut stegokrotaphy. Tetapi beberapa spesies apoda masih mempertahankan tengkorak yang bagian temporalnya membuka, kondisi ini disebut zygokrotaphy. Apoda yang tengkoraknya bersifat demikian dianggap lebih primitif. Semakin berkurang jumlah tulang pada tengkorak pada ordo ini, maka dianggap merupakan famili yang lebih maju.
b. Mata
Semua apoda mempunyai organ mata, tetapi sangat tereduksi dan tertutup oleh kulit atau tulang. Mungkin karena hidupnya pada liang-liang tanah, matanya telah merosot ke berbagai bagian kepala, setiap spesies berbeda. Beberapa spesies, seperti Ichthyophis sp., memiliki mata di permukaan agak dangkal sementara spesies lain seperti Herpele dan Gegeneophis punya mata di bawah tulang tengkorak dan bahkan memiliki soket mata yang digantikan oleh tulang. Studi perbandingan morfologi menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan mata tertutup dengan kulit atau tulang bersamaan dengan hilangnya modifikasi lensa dan retina. Namun, retina dan saraf optik tetap utuh sehingga kemungkinan bahwa sebagian besar mata Apoda masih mampu melakukan photoreception. Apabila cahaya terang mereka akan bersembunyi begitu sebaliknya. Namun Apoda tidak mampu mendeteksi gerakan visual.
c. Tentakel
Tentakel sensori kecil terdapat di kedua sisi kepala antara mata dan lubang hidung. Pada kebanyakan spesies, tentakel menonjol melalui lobang di tengkorak sementara pada spesies lain tidak demikian. Famili Scolecomorphidae terkenal karena memiliki tentakel dekat dengan mata. Tentakel adalah struktur yang kompleks dari berbagai bentuk, termasuk jaringan saraf, otot, saluran, dan kelenjar dan diperkirakan berfungsi dalam chemoreception.
d. Mulut, Gigi dan Otot Rahang           
Mulut apoda terletak di bagian agak bawah dari kepala (subterminal). Morfologi mulut ini disebut countersunk dan dianggap sebuah adaptasi untuk menggali. Apoda yang paling primitif masih memiliki mulut terminal. Pada masing-masing rahang terdapat dua baris gigi, baris sebelah dalam dan luar. Ukuran giginya bervariasi dan bentuknya tergantung pada spesies. Semua vertebrata darat, kecuali Apoda, memiliki satu set otot penutup rahang. Apoda memiliki dua set otot (adductors jaws dan otot-otot interhyoideus) dan ini dianggap sebagai adaptasi untuk mempertahankan posisi rahang agar tetap tertutup rapat saat menggali.
e. Nuchal Collars                         
Di belakang kepala terdapat dua struktur anatomis yang saling berhubungan yaitu nuchal collars, yang berbeda tiap spesiesnya. Bentuknya agak mirip dengan clitellum cacing tanah. Alur yg berhubung dengan nuchal pertama menandai perbatasan posterior tengkorak dan menandai kedua pembagian antara dua nuchal. Alur yang berhubung dengan kuduk ketiga menandai batas antara kedua nuchal yang berhubung dengan seluruh tubuh. Pada beberapa spesies terkadang sulit untuk membedakannya karena adanya lipatan dermal tambahan sepanjang permukaan dorsal.  
f. Kulit Apoda
Seperti amfibi lainnya, Apoda memiliki kelenjar racun di kulit meskipun potensi racun tersebut belum banyak dikenal. Akan tetapi yang berbeda dari Apoda dibanding amphibi lainnya adalah sisiknya yang berada di bawah permukaan kulit. Sisik terdiri dari serabut kolagen yang tertutup oleh mineralized nodul. Ini dapat ditemukan dalam lipatan dan alur-alur kulit dan biasanya semakin ke arah posterior jumlahnya semakin meningkat. Selain itu, Caecilia sp. punya tipe sisik sekunder yang tertanam ke dalam jaringan ikat subdermal.
B. Taksonomi Ordo Apoda
Secara taksonomis sesilia dibagi menjadi 6 familia. Jumlah spesies adalah rata-rata dan banyak dari spesies ini diidentifikasi hanya berdasarkan satu spesimen. Hampir pasti bahwa tidak semua spesies telah dideskripsikan, dan bahwa beberapa spesies yang dideskripsikan di bawah sebagai spesies berbeda mungkin dipadukan menjadi satu spesies pada pengklasifikasian ulang nanti.
1. Sesilia Berparuh (Rhinatrematidae) - 2 genus, 9 spesies
2. Sesilia ikan (Ichthyophiidae) - 2 genus, 39 spesies
3. Sesilia India (Uraeotyphlidae) - 1 genus, 5 spesies
4. Sesilia Tropis (Scolecomorphidae) - 2 genus, 6 spesies
5. Sesilia Akuatik (Typhlonectidae) - 5 genus, 13 spesies
6. Sesilia Umum (Caeciliidae) - 26 genus, 99 spesies
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae.
a. Famili Ichtyopiidae
Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di provinsi DIY.
  Memiliki ciri-ciri :
1. Bentuk tubuh panjang dan bersegmen
2. Mata kecil dan ditutupi dengan kulit
3. Mampu mengambil O2 dari kulit dan paru-paru
4. Memiliki ekor yang pendek dan kloaka di ujung tubuh
5. 2 tentakel sensori kecil yang berada di kepala yang dapat membantu dalam menemukan sumber makanan
  Habitat            : di tanah yang lembab dan sampah daun
  Penyebaran      : di Florida, Mexico Utara, Mexico Selatan, Indonesia
  Keunikan         : di dalam tanah dan air hewan ini mirip belut.
b. Famili Rhinatrematidae
Keluarga Rhinatrematidae memiliki ekor yang berbeda, yang merupakan fitur yang tidak terlihat di sebagian besar spesies dari Sesilia tetapi hadir dalam keluarga leluhur lain, Ichthyophiidae. Kehadiran ekor normal pada vertebrata, menunjukkan bahwa ekor di Rhinatrematidae dan Ichthyophiidae adalah leluhur hilangnya ekor di caecilians lainnya. Fitur leluhur lainnya dari dua berlapis.
  Memiliki ciri-ciri          :
1. Memiliki ekor, dan mulut terletak di bawah kepala
2. Bertelur di dalam tanah
3. Pada fase larva memiliki insang
  Habitat            : di tanah yang lembab dan sampah daun
  Penyebaran      : di Asia Tenggara, tidak menyebrangi garis Wallace
  Keunikan         : pada fase larva memiliki insang
c. Famili Uraeotyphilidae
  Memiliki ciri-ciri          :
1. Berukuran relative kecil (23-30 cm)
2. Memiliki ekor
3. Memiliki struktur tengkorak yang kompleks
4. Mulut tersembunyi di bawah moncong
  Habitat            : di tanah hutan hujan tropis
  Penyebaran      : di pegunungan Jawa
d. Famili Scolecomorphiidae
  Memiliki ciri-ciri          :
1. Mata melekat pada dasar tentakel di bawah moncong
2. Hanya memiliki annuli primer
3. Tubuhnya panjang dan bersegmen
  Habitat            : di bawah tanah
  Penyebaran      : di Florida dan Mexico Utara 
  Keunikan         : tidak memiliki stapes tulang telinga bagian tengah        
e. Famili Caecilidae
  Memiliki ciri-ciri          :
1. Tubuh menyerupai cacing dan ada pula yang menyerupai ular
2. Ekornya pendek dan kloaka dekat akhir tubuh
3. Kulit halus dan berwarna gelap
  Habitat            : kebanyakan tinggal dan bersembunyi di dalam tanah
  Penyebaran      : di Asia Tenggara                                          
  Keunikan         : satu-satunya amphibi yang melakukan fertilisasi secara internal.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Amfibi
Amfibi berasal dari bahasa yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan bios yang artinya hidup. Jadi, amfibi merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) yang dapat hidup di dua alam, yaitu di air dan di darat.
2.      Struktur tubuh amfibi
Struktur tubuh amfibi terdiri atas kepala dan badan untuk katak. Sedangkan kepala, badan dan ekor untuk salamander. Pada kepala katak terdiri atas kelopak mata dan membrane niktitan. Membrana niktitan yaitu suatu selaput atau membran yang fungsinya melindungi mata katak sewaktu berada di air.
3.      Ciri-ciri umum amfibi
4.      Klasifikasi amfibi
1. Ordo Anura
1.      Katak termasuk dalam kelas amphibia
2.      Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.
3.      Saluran pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.
4.      Alat pernapasan pada katak berupa paru-paru, kulit, dan insang.
5.      Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang.
6.      Sistem saraf pada katak terdiri dari otak. Otak tengah lebih berkembang sehingga memiliki penglihatan yang baik.
7.      Reptil memiliki indera pembau yang tajam.
8.      Reproduksi pada katak terjadi secara eksternal dan cara ovipar dengan perilaku ampleksus. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan berkembang menjadi berudu dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi katak dewasa.
2. Ordo Caudata/Urodela
Istilah caudate berasal dari bahasa latin yang memiliki arti ekor. Spesies dari ordo ini hampir semuanya memiliki ekor. Spesies dari ordo caudate memiliki ekor yang hampir sama panjang dengan tubuhnya bahkan beberapa spesies memiliki ekor yang melebihi panjang tubuhnya, contoh yaitu Oedipina.
3.    Ordo  Gymnophiona/Apoda
Menurut para ahli  Ordo Gymnophiona atau sesilia dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang mirip cacing dan kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan Asia Selatan. Bentuk tubuh dari ordo ini berbeda dengan jenis amfibi lainnya. Sesilia memiliki bentuk tubuh mirip dengan belut atau cacing tanah.
Sesilia hidup di bawah tanah dan di air dan memiliki tengkorak yang kuat sehingga memungkinkan ordo spesies ini untuk menggali hingga jauh ke dalam tanah.
                                   
B.    Saran
Penulis sangat menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik yang membangun guna tersempurnanya makalah ini.
                         





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Sistem Reproduksi Katak. (online), (www.google.com, Diakses pada tanggal 28  Juli 2013).
Anonim 1, 2013. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (Online), (Http://Amfibi Dunia.wordpres.com, Diakses pada tanggal 31 Juli 2013).
Anonim 2, 2013. Amfibi. (Online), (Http://Id.wikipedia.org/wiki/kodok dan katak.com, Diakses pada tanggal 31 Juli 2013).
Arie, Usri. 1999. Pembibitan dan Perbesaran Bullfrog. Penebar Swadaya, Jakarta.
Djuanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amico,Bandung.
D.A Pratiwi, dkk. 2006. Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Holmes, S.J. 1928. The Biology of The Frog. The Mac Millan, New York.
Jasin, Maskoeri, 1994. Zoology Vertebrata. Surabaya. Sinar Wijaya.
Radiopoetro, 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sainab, 2011. Penuntun Praktikkum  Biologi Umum. Majene: Jurusan Biologi FKIP Unsulbar. Saktiono, 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.